Hujan Pembawa Sial

Hujan adalah suatu kejadian dimana air turun dari langit dalam jumlah yang banyak. Namun istilah ini telah mengalami perluasan makna dimana hujan tidak hanya terjadi saat air saja yang turun, namun ketika ada benda lain yang turun dalam jumlah yang besarpun bisa disebut hujan, contohnya hujan es, hujan uang, hingga hujan masalah.

Sejatinya hujan terjadi karena adanya air yang menguap dan terkumpul menjadi awan, lalu terbawa angin dan di tempat tertentu menurunkan air yang dibawanya. Bisa kita katakan bahwa hujan adalah pembawa air dari sumber yang mungkin nan jauh di sana. Tidak berlebihan jika penulis pribadi sangat menyukai hujan, ketika hujan turun dengan irama dan aroma lingkungan yang dibuatnya benar-benar suatu hal yang bagi penulis adalah menenangkan. Pembawa air dan penenang, tidak kah hujan merupakan sebuah berkah?

Banyak diantara kita yang sering menyalahkan hujan sebagai sebuah sebab gagalnya rencana. Penulis pribadi pernah mendengar sebuah percakapan yang kurang lebih isinya menyatakan bahwa hujan adalah pembawa sial. Bagi sebagian besar orang, tanpa berpikir lebih jauh mungkin hujan memang dianggap sebagai pembawa sial. Karena turun hujan, maka tidak bisa pergi ke luar rumah, tidak bisa melanjutkan perjalanan, rencana gagal dan lain sebagainya. Tapi tidak kah pernah terpikir bahwa sebenarnya hujan benar-benar sebuah berkah, dan bukanlah pembawa sial? Berikut ini adalah monolog penulis tentang keluhan sebagian besar orang terhadap hujan :

1. Gara-gara hujan, saya tidak jadi keluar rumah.
Jawab : Kenapa harus menyalahkan hujan? Toh hujan turun tidak jelas kapan, bahkan seringkali hujan turun saat kita benar-benar membutuhkan air, saat daerah kita mulai kering. Harusnya sih sudah menyiapkan rencana lain jika hujan turun.

2. Hujan pembawa sial, saya jadi terjebak di luar dan tidak bisa pulang.
Jawab : Hujan itu turun tanpa ada yang memberi tahu, mendung belum tentu hujan, cerah belum tentu hujan tidak akan turun. Sebagai antisipasi harusnya kita sudah mempersiapkan alat untuk melindungi kita dari air hujan supaya aktifitas tidak terhambat.

3. Harusnya acara ini bisa berlangsung jika hujan tidak turun.
Jawab : Sebagai panitia yang professional, harusnya sudah memikirkan kemungkinan hujan akan turun dan membuat rencana B. Lagi pula menyiapkan rencana B bukan berarti kita merencanakan kegagalan, tapi kita hanya satu langkah lebih antisipatif jikalau ada hal tak terduga yang terjadi.

4. Akibat hujan deras, daerah tempat tinggal saya jadi banjir.
Jawab : Saya rasa bukan hujan yang salah, tapi keadaan daerahnya. Coba lihat sekelilingnya, jikalau tidak ada daerah resapan air yang cukup atau mungkin banyak sampah, wajarlah terjadi banjir. Cintai dan jagalah lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan.

5. Ngomong sih gampang, karena anda tidak merasakan.
Jawab : Saya pribadi sudah pernah merasakan 4 keadaan di atas, dan saya memang pernah menyalahkan hujan. Tapi bukankah lebih baik mencegah 4 hal di atas terjadi daripada rencana harus gagal, terjadi banjir dan lainnya? Tidak ada salahnya meluangkan waktu untuk mempersiapkan payung, jas hujan, rencana B serta menjaga lingkungan. Pada akhirnya nanti kita akan mersasakan sebuah perasaan lega karena telah selangkah lebih antisipatif dibanding hanya mengeluh, menyalahkan tanpa aksi dan introspeksi.

Kelima monolog di atas mungkin tidak cukup untuk menjelaskan bagaimana hujan sebenarnya tidak bersalah atas hal buruk yang terjadi pada hidup kita. Dibalik semua kegagalan dan kejadian yang penulis paparkan di atas, sebenarnya kita bisa melakukan antisipasi agar hal tersebut tidak menghambat kegiatan kita. 

Kadangkala mengeluh menjadi sebuah pengobat yang tiada tara, namun tidak pernah kita sadari jika mengeluhkan hujan turun sebenarnya membuat diri kita tidak siap jika selanjutnya akan turun hujan lagi. Mempersiapkan diri jauh lebih baik dibanding harus dongkol dan mengalami kegagalan rencana. Kita mungkin mengharapkan hujan tidak turun agar rencana tidak gagal, tapi bukankah itu sama saja mengharapkan tidak datangnya sang pembawa air? Syukurilah semua berkah yang dating sebelum berkah itu benar-benar tidak dating lagi karena kita sendiri yang mengharapkannya.

Tulisan ini hanyalah pemikiran singkat penulis tentang sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa hujan adalah pembawa sial. Tentang bagaimana respon tentang dari entri ini adalah hak pembaca. 

Irama Hujan 

Jendela kamarku bergetar
Tak bergeming tersapu angin
Daun-daun beterbangan
Awan terlihat muram 

Merekapun mulai berjatuhan
Seolah membawa pesan dari langit
Bahwa mereka turun
Untuk memberi kesejahteraan 

Hujan, tak lelah ku memandangmu
Menyejukan alam raya
Dengan irama yang konstan
Kau memberi kehangatan 

Secangkir teh hangat
Sepotong selimut yang tebal
Sembari mendengarkan denting hujan
Aku merasakan ketenangan 

Hujan, saat kau terpecah
Butiran-butiran air itu
Memecah sinar polikromatis
Menampilkan pelangi yang indah 

Hujan, tak lelah ku mengagumimu
Meski tenang, meski deras
Dengan irama yang konstan
Aku merasakan ketenangan

Puisi oleh : Rudi Gunawan

Sumber Gambar :
http://www.indrahuazu.com/2010/12/menunggu-hujan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Banjir_Jakarta_2013.jpeg



1 komentar:

 

Quote

Let's get it done . .実現の為にゆくのよ. . Let's face it
Let's get it done. .Moving on for the sake of realization. .
Let's face it ~YUI

LEO-House Indonesia

Tanya Mbah Gugel

Loading